Kamis, 14 November 2013

Quiet day

Sometimes i love to be alone. Where no friends beside me. Where no ones know bout me. The place where it just the books and me. Some glasses of coffee or tea will be there to accompany me. I love that moment. Really love it. :')

I really want that quiet time. Feel calm and enjoy.

What about you? Do we have a same thought? 

Jumat, 25 Oktober 2013

25 Oktober 2013

I dunno since when i like to write via text on my hp? o_O
This story come suddenly when i stood for waiting TM. I don't wanna lose this story so i typed it on my hp. Because i had good mood so i continue it, even that TM has already left. Hhhh... I dunno when i'll post my story again in this blog. Mian-hamnida, i'm very busy. Duty, mid test, and another problems are waiting for me! Hhh...

Honestly i am tired. I really want to get job and move to another city. Hello? Are you feel bored? Since you were a kid and untill now you're still in the same city? no experience to get out there? alone! just yourself! You find everything alone out there, such as friend, a place where you live, the way to get the place you want come to. Of course you want. But for exception if you're mom's kid, i mean can't go far from your fams because you'll miss them, you need them. Come on. Those all not a good reasons.

I'm an adult and i'm 20 years old now. It's okay for me if i want to do everything i want with myself. I also want to get money with my hand not from my parents. I'll be proud of myself then. Honestly, i don't like to spend my parents' money for my activities in my age now. Feel like... hmm... you know lah. hahahaha. In your 20 years old you had already finished your school and you want to watch some movies and sightseeing with your friends by using your parents' money? You spend their money just for fun? Maybe IDR 300000 or more just for fun on one month? oh pleaseeee...

I also bored by taking education (again). I had finished my school -which take 12 years to study hard- and then i get education again in the college. Thank you, but i dont wanna get any depression. So i'll take a job later. I have to. I should do it this year. No more pending time.

I will try my best so do you! Good luck! ;)

Kamis, 17 Oktober 2013

18 Oktober 2013- A Boy.

I ever feel wanna be a boy. Really want it. You know, it’s really hard to be a daughter or a girl. Really hard for me especially being the first kid. A girl. First. Hmm… but it’s better than a daughter who is the youngest and alone in her family. Hahaha. If you’re also like me, you’ll know it. :D
Boy can do everything he wants. Playing so much. They’re seldom or really not help. Their parents don’t angry so much to them. May be for once or twice in a year if they do something wrong. There’s not much rules too for them. Envy? Yes, I am.

What else I can say? Hmm…

  

17 Oktober 2013- I'm a daughter?

The one and only one I hate. You always bring about family. In almost every day. We know that yours is good, nice, and great? Hahaha.
look! That’s why I really hope, really, really can go away from you. If I get 1 million, I will use that money to go away from you. Maybe Bandung? Or Manado? For sure, I won’t come back for a year or… a few years? Trust me!
I have tired of you.



17 Oktober 2013

Well, I was stalking your timeline and found that I’m not following you. Honestly, I ever do that but in the seconds I follow you again. I found some our friends are not follow you too. It’s impossible! They’re not look like that. I know that they’re really love you! So do i! Are you the one who made it? I guess yes. But I found one girls who still following you and you also still follow her. Why? Is that because you still love her? Come on! There’s another girl, so many, outside! Don’t just look at her, but also another girl. Maybe there’s someone who really love you so much. But you don’t know it. Are you still want her till die? Crazy. You’re not my friend whom I know. You’re not anymore.
Dissapointed? Yes. Hahahaha. Eat that love! Give me know if you can bring her when you die. Hahahaha.
How can you do that to me?


From your lovely friend. :’)

Rabu, 03 April 2013

[SHORT STORY] Karena Kamu Istimewa

 


Pagi ini burung-burung berkicau, berawan, dan udara yang sejuk benar-benar mendukung seorang anak laki-laki bernama Jeremy untuk mendapatkan kebahagiaannya di awal hari ini.
            “Aku mencintaimu.” Ucap Jeremy kepada perempuan di depannya.
            “...”
            “Kamu mau nggak jadi pacar ku?” tanyanya lagi dengan ragu.
            Ketika mendengar kalimat itu, gadis manis itu segera mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk sambil tersenyum lebar. “Aku mau.”
            “Tapi, kita backstreet yah? Please.” Pinta Jeremy dengan sangat.
            Mulut Ana ternganga mendengar pernyataan Jeremy. Tanpa sadar, Ana menganggukkan kepalanya.
---***---
            Ana mengetukkan pensilnya ke buku tulis beberapa kali. Entah karena kesal atau sibuk memikirkan hubungannya dengan Jeremy yang baru berlangsung 3 jam sejak dia menembaknya tadi pagi. Dia masih tidak mengerti, mengapa Jeremy ingin backstreet dengannya.
“Baik lah anak-anak. Bapak ada rapat, jadi kalian kerjakan saja soal-soal yang ada di buku itu di halaman 100. Ketua kelas! Jaga kelas supaya tetap tenang. Jangan ribut!” kata pak Herman, guru matematika kami.
            “Baik, pak.” Jawab Jeremy, ketua kelas.
            Sejak pelajaran dimulai sampai sekarang, matanya sibuk mengawasi Ana yang tidak memperhatikan guru dari tadi. Yah, walaupun hanya guru matematika tadi yang tidak diperhatikannya. Tapi hal itu membuat Jeremy cemas. Untungnya pak Herman tidak melihat tingkah Ana yang sama sekali tidak memperhatikannya sejak dia masuk ke kelas.
            Tiba-tiba, Ana tersentak kaget karena hp-nya yang bergetar. Ana segera membuka sms yang masuk dengan cekatan.
            Kamu nggak memperhatikan guru dari tadi?
            Perhatiin, kok.
            Pak Herman kok nggak ada?
            Mungkin di toilet
          Ketahuan! Pak Herman ada rapat. Dia sendiri yang bilang tadi.
            Melihat balasan terakhir dari Jeremy, Ana menjadi salah tingkah dan memijit tengkuknya karena merasa malu.
            Iya, iya. Maaf, deh.
          Ada masalah apa? Cerita dong.
            Melihat kalimat itu, Ana mendesah panjang. Bagaimana ia bisa menceritakan masalahnya jika itu menyangkut keberatan dirinya tentang hubungannya dengan Jeremy?
            Ana menatap ponsel itu lama. Tangannya yang kemudian ingin membalas sms dari Jeremy itu segera terhalang karena tangan Diana, teman dekat sekaligus teman sebangkunya yang menyikut pinggangnya. “Ngapain, sih? Dari tadi belum buat tugas sama sekali. Ini tugas nanti dikumpul, tahu.”
            “Hah?” kata Ana yang kaget.
            “Kamu mau salin? Sekarang aja kamu salin. Nggak mungkin kamu mau aku nunggu selesai, kan? Soalnya banyak.” Jawab Diana.
            “Oh, oke.” jawab Ana seadanya karena merasa beruntung Diana tidak melihat keanehan Ana dari tadi.
            Ana kembali mengirim sms kepada Jeremy.
            Kok nggak bilang kalau ada tugas? Jahat, ih!
            Yah, maaf deh. Asyik ngobrol sama kamu, sih. :P
            Nggak akan kumaafin! Wekk!
            Mata Jeremy segera membulat besar melihat sms terakhir dari Ana. Dia langsung menoleh ke arah Ana yang ternyata sedang senyum-senyum sendiri. Jeremy  yang melihat hal itu ikut tersenyum.
---***---
            Drrrt! Drrt!
            Dengan cekatan, Ana mengambil hp-nya yang bergetar dan langsung membuka sms yang masuk. “Dari Jeremy!” batin Ana sambil tersenyum.
            Ana, kita pulang bareng yah? Dateng ke parkiran 10 menit lagi.
            Kenapa? Kok lama banget?
            Tunggu teman-teman kita di parkiran pulang.
            Begitu melihat sms terakhir dari Jeremy, Ana langsung mengembungkan pipinya, tanda bahwa dia kesal. Tak sampai semenit, dia langsung mencari tempat duduk untuk menunggu tempat parkir sepi.
            Saat Ana sedang sibuk mencari tempat duduk, Jeremy melihatnya dari jauh. Senyum lebar menghiasi wajahnya. Dengan santai dia berjalan menuju bangku panjang yang terletak di sisi sebelah kanan lapangan basket. Tak disangka, ternyata Ana juga duduk di bangku panjang di sisi kiri lapangan basket. Mereka pun duduk berhadapan.
            Ana yang baru duduk dan mengalihkan wajahnya ke depan merasa terkejut ketika melihat Jeremy yang sedang mengetik sms. Bisa dia tebak untuk siapa sms itu.
            Ehem. Lagi nunggu siapa nih?
            Bukannya senang atau bahkan tersenyum, Ana tidak membalas pesan Jeremy itu. Ana menutup hp-nya dan memasukkannya kembali ke kantong rok dan bertingkah seolah tak terjadi apa-apa. Melihat hal itu, Jeremy menaikkan sebelah alisnya.
            Jeremy mengirim sms lagi untuk Ana, namun diabaikan. Ana bahkan tak mengambil dan membuka hp-nya yang bergetar. Ana tetap bertingkah seolah tak terjadi apa-apa. Melihat hal itu, Jeremy menjadi gemas bukan main. Dia bangkit dan menghampiri Ana.
            “Kok nggak dibales?” tanya Jeremy pelan karena takut terdengar yang lain.
            Ana heran melihat Jeremy yang sudah duduk di sebelahnya. Dengan santai, Ana mendekatkan wajahnya ke kepala Jeremy dan membisikkan sesuatu,”Jangan duduk di sini. Nanti temen-temen curiga.”
            Jeremy menahan tawanya begitu mendengar bisikan dari Ana. Dia hanya tersenyum dan memandang Ana dengan penuh kelembutan. Ana yang melihat mata indah itu hanya tersenyum simpul. Baru beberapa jam menjalani hubungan tersembunyi ini, dia sudah sangat lelah.
---***---
            “Eh, itu Ana sama Jeremy ngapain?” tanya Diana.
            “Nggak tahu.” Jawab Selly, teman dekat Ana juga.
            Terlihat jelas di mata Diana dari cara Jeremy memandang dan bahasa tubuh mereka. Terlihat seperti seseorang yang sedang menjalin kasih. Mereka berdua terlihat sangat ingin tahu.
            Seorang laki-laki yang berada di belakang mereka tersenyum puas melihat kejadian itu. Harry, laki-laki yang merupakan teman dekat Jeremy terlihat sangat senang dengan rencananya yang berhasil
---***---
            “Kamu marah?” tanya Jeremy kepada Ana saat mereka sudah berada di mobil.
            “Nggak.” Jawab Ana pelan.
            “Ana, kamu kenapa sih? Cerita dong.”
            “Kenapa kamu mau kita backstreet?” tanya Ana tanpa memandang Jeremy.
            “Ana…” balas Jeremy yang memohon Ana untuk tidak memaksanya menjawab.
            “Kalo kamu nggak jawab jujur, kita putus.”
            Jeremy yang sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa, hanya bisa mendesah panjang dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
            “Ada teman aku di kelas sebelah yang juga suka sama kamu. Namanya Harry. Sebelum kita pacaran, dia sudah bilang duluan. Dia selalu muji-muji kamu. Awalnya aku bisa tahan dan mau nyerah untuk dia. Tapi setelah denger dia yang selalu ngomongin kamu, aku nggak tahan lagi. Aku putusin buat nembak kamu dan pacaran sama kamu.”
            “…”
            “Ana, aku tahu aku salah. Tapi aku bener-bener sayang sama kamu. Aku juga belum siap untuk ngomong jujur sama Harry. Aku juga takut persahabatan kami pecah.”
            “…”
            “Ana?”
            “Lebih baik kamu ngomong. Nggak baik kayak gitu. Lagian kalau Harry memang suka sama aku, kenapa dia nggak ngomong ke aku? Kita udah deket selama setengah tahun, kok.” Jawab ku yang tak suka dengan alasan Jeremy.
            “Mungkin dia malu atau takut kamu nggak nerima dia. Jadi dia belum siap ngomong.” Jawab Jeremy lembut.
            “Jer?”
            “Hmm? Oh, iya. Sebentar lagi kita sampai di rumah kamu nih.” Jelas Jeremy yang mencoba mengalihkan pembicaraan.
            “Kalau kamu nggak mau ngomong sama Harry tentang hubungan kita. Kita putus.”
            Jeremy menge-rem mobilnya mendadak setelah mendengar pernyataan Ana. Ana terlihat tak perduli. Dia membuka sabuk pengamannya dan turun dari mobil Jeremy.
            Jeremy masih di tempat duduknya, melihat Ana yang berjalan menuju rumahnya dengan bisu. Dia ingin turun dari mobil dan meraih tangan Ana, tapi tubuhnya tak mau bergerak.
---***---
            Keesokan harinya, Jeremy memutuskan untuk berbicara dengan Harry saat ekskul berlangsung. Sebelumnya Jeremy telah memberi tahu Harry lewat telpon.
            “Hai, bro!” sapa Harry kepada Jeremy saat Jeremy tengah bermain basket.
            “Hai.” Sapa Jeremy setelah melempar bolanya ke ring. Dia terlihat tak bersemangat saat melihat Harry.
            Mereka berdua mulai mencari tempat untuk mengobrol berdua. Tanpa ada siapa pun yang bisa mendengar mereka.
            “Ada apa, Jer?” tanya Harry setelah mereka duduk di sudut lapangan.
            “Itu… mmm… si Ana…” balas Jeremy sambil memijit tengkuknya.
            “Kenapa Ana?” balas Harry dengan santai.
            “Aku minta maaf banget, Har. Setelah aku cerita, kamu boleh deh nonjok aku sampai puas atau lempar aku pake bola basket bertubi-tubi.” Jawab Jeremy dengan wajah penuh penyesalan.
            Harry yang sedang minum tiba-tiba tersedak dengan pernyataan Jeremy. Wajahnya kaget, mulutnya menganga. Matanya tak lepas memandang Jeremy dengan heran.
            “Aku suka sama Ana.” Ujar Jeremy dengan tegas sambil menatap mata Harry.
            Wajah Harry yang sedari tadi heran bercampur kaget, kini mulai mengendur.          “Serius, Har. Aku juga sudah pacaran sama dia sekarang.” Jawab Jeremy dengan jantungnya yang berdetak tak karuan. Menunggu ekspresi wajah dan tanggapan dari Harry.
            Harry tersenyum tulus dan berkata,“Selamat, Jer.”, sambil menepuk punggung Jeremy.
            Kata-kata Harry barusan sukses membuat mulut Jeremy menganga lebar. Harry yang melihat itu tertawa keras. Rencananya benar-benar sukses.
            “Aku tahu kamu dari dulu suka sama Ana. Makanya aku sengaja muji-muji Ana dan ngomongin dia terus supaya kamu bertindak. Kesel tahu nggak ngelihat kamu yang cuma bisa ngelihatin dia terus selama 1,5 tahun! Keburu diambil orang!” Ujar Harry.
            Perkataan Harry barusan sukses membuat Jeremy terdiam. Namun beberapa detik kemudian, senyum tersungging di bibirnya. Dalam sekejap, dia memeluk Harry dengan erat.
            “Makasih, Har! Makasih banget!”
            “Yo’i, bro!” balas Harry dengan senyum tulus di wajahnya.
---***---
            “Ana.” sapa Jeremy dari belakang Ana saat dia baru keluar dari kelas seni.
            “Apa?” balas Ana dengan nada malas.
            “Kita perlu bicara.” Jawab Jeremy lalu membalikkan badannya.
            Mereka berdua kemudian duduk di bangku panjang yang terletak di sebelah kiri lapangan basket yang kini sudah kosong. Terlihat wajah Ana yang ogah-ogahan untuk mengobrol dengan Jeremy, namun dia bisa memaklumi hal itu mengingat masalah yang ada di antara mereka berdua.
            “Kita nggak usah backstreet lagi.” kata Jeremy langsung.
            “Hah?”
            “Aku udah ngomong sama Harry, kok.” Jawab Jeremy.
            Jeremy menceritakan semuanya. Mulai dari saat pertama dia jatuh cinta pada Ana, Harry yang mengetahuinya, sampai kepada rencana Harry yang sukses besar. Ekspresi wajah Ana selalu berganti-ganti saat Jeremy menjelaskannya dari awal. Ana tidak menyangka jika Harry yang membuat Jeremy menembak Ana dengan segera.
            “Ehem. Terus?” tanya Ana kepada Jeremy saat dia selesai menjelaskan.
            Jeremy tersenyum dan memanggil Ana dengan lembut,”Ana…”
            “Hmm?”
            Tangan Jeremy menggenggam kedua tangan Ana, menatapnya sebentar lalu memandang kedua bola mata Ana yang indah sambil tersenyum. “Kita ulang semua ini dari awal, yah?”
            Ana langsung tersenyum sumringah mendengar pertanyaan dari Jeremy.
            “Ana, maukah kamu menjadi pacar ku?”
            Ana terdiam beberapa saat. Kemudian balik bertanya,”Backstreet?”
            “Nggak!” Jawab Jeremy tegas sambil menggeleng keras.
            Ana tertawa kecil, lalu menjawab,”Aku mau.”
            Jeremy menghembuskan nafas yang telah ditahannya sejak tadi dengan keras lalu menarik Ana ke dalam pelukannya. “Aku sangat mencintai kamu dan mungkin aku nggak bisa hidup tanpa kamu.” Kata Jeremy sambil mengeratkan pelukannya.
            “Jadi, aku orang yang istimewa dong bagi kamu?” Lanjut Ana dengan suara mungilnya.
          Jeremy melepaskan pelukannya dan memandang Ana dengan matanya yang tulus.“Yup. Karena kamu istimewa.”


Jumat, 29 Maret 2013

[GIVEAWAY] An Artist of the Floating World

Haaaaaaaaaaallllllllllllllooooooooooouuuuuuuuuuuuuuuu!!!!

Lebay yah nyapanya? hehehe. Maaf deh (^^")
Wahai penghuni dunia maya, ane dateng lagi membawa kabar Giveaway. Giveaway kali ini lagi-lagi datang dari kak Melody. Kak Melody sedang membagi 3 novel An Artist of the Floating World karya Kazuo Ishiguro di blognya. Itu berarti akan ada 3 pemenang dong. Ya nggak, ya nggak? hahaha. Iya dong... Jadi, buruan ikutan! Yang rajin ngisi raffle-nya. Dua pemenang akan ditentukan dari raffle (semoga ane) dan 1 pemenang akan ditentukan dari komentar terbaik (semoga ane juga). Ih, ane maruk banget. Hehehe. Maaf2 ^^"

Klik di sini untuk ikutan Giveaway-nya yah
http://el-ovio.blogspot.com/2013/03/april-giveaway-artist-of-floating-world.html?showComment=1364609095572#c4679191763027865813

Nah, ane mau kasih info bukunya berikut sinopsis yang ane dapet dari blog kak Melody. Check this out!




Judul: An Artist of the Floating World
Pengarang: Kazuo Ishiguro
Penerjemah: Rahma Wulandari
Penerbit: Elex Media Komputindo, 2013
Tebal: 226 halaman

Jika pada suatu hari yang cerah, kau mendaki jalan curam ke arah bukit dari jembatan kayu kecil yang dikenal sebagai "Jembatan Keraguan", kau akan mendapati atap rumahku tampak di antara ujung dua pohon gingko. Bahkan, meskipun posisi rumahku tidak terlalu strategis, bangunan itu masih akan tetap mencolok dibandingkan dengan rumah lain di sekitarnya, dan kau akan mendapati dirimu membayangkan sekaya apa pemiliknya.

Namun, aku bukan, dan juga tidak pernah, menjadi orang kaya. Aku adalah Masuji Ono, seorang seniman bohemian dan propagandis imperialisme Jepang selama masa perang. Tetapi kini perang telah berakhir dan Jepang kalah. Istri dan putraku terbunuh. Lalu apa yang tersisa padaku?


***Semoga Beruntung***
ƪ(˘⌣˘)ʃ ƪ(◦'⌣'◦ )ʃ ƪ(ˆ▽ˆ)ʃ

(Wish me luck, too (˘ʃƪ˘))

Minggu, 17 Februari 2013

My Lovely Wife




Setiap orang pasti menginginkan pernikahan. Dimana sepasang kekasih mengikat janjinya di depan altar dan Tuhan yang tak terlihat oleh mata. Namun, apa daya. Awal pernikahan yang baru dirajut sepasang kekasih ini sepertinya belum menunjukkan kepingan-kepingan mimpi yang diidamkan semua makhluk.
“Ya! Seohyun-ah, apa yang kau lakukan??” tanya Yonghwa saat Seohyun memeluknya dari belakang.
“Oppa, aku ini sudah resmi menjadi istrimu. Kenapa tak bisa sehari saja kau meluangkan waktumu untukku?” Seohyun balik bertanya.
Yonghwa meletakkan tasnya yang sangat berat itu ke lantai dan membalikkan tubuhnya. Dia menatap Seohyun lama dan tanpa ekspresi. Sebagai tanggapan, Seohyun terus menatap Yonghwa tanpa henti dan menggerakkan kepalanya sebentar ke atas. Pertanda ingin meminta penjelasan lebih lanjut. Yonghwa hanya mendesah panjang saat melihat tanggapan Seohyun.
“Seohyun, kita ini baru dua minggu menikah dan kau sudah banyak ingin ini-itu. Kau sendiri sudah tahu kalau aku masih terikat kontrak dengan iklan dan pekerjaan lainnya selama dua bulan penuh ini dan kau sendiri yang bilang tidak apa-apa. Sekarang? Setelah aku sibuk bekerja dan selalu pulang malam setiap hari atau bahkan tidak pulang, kau malah menggerutu.”
Kepala Seohyun tertunduk.
“Mianhae, oppa…”
“Hhh… kalau saja kau bisa bersabar dua bulan lagi, ini semua tidak akan terjadi.” Balas Yonghwa ketus.
“Mianhae…” balas Seohyun yang mulai sesenggukan. Pipinya mulai basah.
“Ya!! Kenapa menangis??” tanya Yonghwa yang kaget saat melihat istrinya menangis.
“Gwenchana, oppa.” Jawab Seohyun sambil menyeka air matanya.
Yonghwa menatap Seohyun nanar. Tangannya perlahan menarik pundak Seohyun ke dalam pelukannya. Dipeluknya Seohyun dengan erat. Dia bisa merasakan pundak istrinya naik-turun dan dia juga bisa merasakan pundaknya yang mulai basah. Yonghwa benar-benar tidak tahan. Sejak dulu dia memang tidak pernah ingin melihat dan membuat Seohyun sedih. Tapi kenyataan memang membuat keadaaan mereka seperti ini. Yonghwa mencium rambut Seohyun dan membelai punggungnya untuk menenangkan Seohyun. “Mianhae, Seohyun. Mianhae…”

***

“Yonghwa, istrimu tidak mengantar?” tanya manajer mereka.
“Anio, aku melarangnya.” Jawab Yonghwa tanpa ekspresi.
“Mworago, Hyung?? Apa aku salah dengar?” tanya Minhyuk memastikan.
“Aku tidak tahan melihatnya menangis terus. Kajja, pesawat kita sebentar lagi berangkat.”
Manajer dan member lainnya hanya saling pandang. Mereka mendesah melihat keadaan leader mereka.

***

Seohyun menatap foto pernikahannya yang terpajang rapi di dinding. Dia merasakan matanya yang mulai panas. Air matanya yang mulai mengalir pelan, kini dalam sekejap turun sangat deras. Dibiarkannya air mata itu turun sambil mengusap foto mereka. Ditatapnya lama foto itu. Ditariknya sudut bibirnya ke atas dengan sekuat tenaga.
“Saranghae…” mulut nya bergerak tanpa suara.
Karena tak tahan, Seohyun menundukkan kepalanya dan menangis kuat-kuat. Pundaknya naik-turun.
“Mianhae, oppa. Mianhae.”

***

Para member CNBlue sedang asyik bersiap menunggu giliran mereka tampil dengan berbagai kegiatan. Ada yang latihan, mendengarkan musik, bermain dengan ipad-nya dan… menatap lurus ke arah foto.
“CNBlue harap bersiap-siap.” Ujar salah satu kru saat membuka pintu waiting room.
“Ye…” jawab semua member dengan serempak.
“Ayo, Hyung.” Ajak Jonghyun.
“Aku akan menyusul. Pergi lah duluan.” Jawab Yonghwa malas.
Saat member yang lain sudah menuju ke belakang panggung, Yonghwa masih memandang foto istrinya. Dia mendesah panjang dan memijit keningnya. Dadanya berkecamuk saat melihat wajah itu. Ingin rasanya dia mengamuk karena tidak bisa berbuat banyak untuk istrinya. Menunggu waktu dua bulan selesai sejak pernikahan mereka bukan lah hal yang mudah. Namun kini semua sudah terjadi.
“Hyung! Apa yang kau lakukan?? Kau kenapa, Hyung? Kau sakit??” tanya Minhyuk cemas saat kembali untuk menjemput Yonghwa yang lama datang.
“Gwencahana. Ayo.” Balas Yonghwa dengan nada malas.
Minhyuk memandang Yonghwa lama. Dia tahu apa yang terjadi pada Yonghwa. Bahkan member yang lain pun tahu apa yang terjadi. Dengan pasrah dia mengikuti Hyung-nya ini dari belakang.
Saat tiba CNBlue tampil, para fans berteriak tak henti-hentinya. Bahkan mengalahkan suara Yonghwa saat menyapa mereka. “Ahahahaha. Kamsahamnida~ terima kasih karena sudah datang. Kami sangat senang sekali.” Kata Yonghwa sambil tersenyum lebar.
“KYAAAAAA!!!!”
Para fans berteriak histeris. Yonghwa dan member lainnya saling berpandangan lalu tertawa. Para fans mereka terlihat sangat lucu dengan aksinya di mata mereka. “Oke. Tidak perlu menunggu lama lagi. Kami akan menyanyikan lagu Ring! Hope you like it!” Kata Yonghwa.
Para fans berteriak histeris. Yonghwa mulai memainkan gitarnya.

‘Love you.’ You’re far away from me. I love you.
My love, please ring my bell. And tell me now ‘I love you.’
Yes, I love you. I feel that you are near me. Love you.

Bayangan Seohyun mulai tampak dalam penglihatan Yonghwa.

My love, please ring my bell. And tell me now ‘I love you.’
We are like the film ‘Love Actually.’ We’ll be together soon. I believe.
Every night you appear in my dreams. My love, do you miss me too?


Ingin rasanya Yonghwa menangis tapi ditahannya. Matanya mulai berkaca-kaca saat dia bernyanyi terus dengan memandang bayangan Seohyun tanpa henti.

Hello my… you are my little star.
I want you back. On ring ring ring my bell (x2)
Hello my… you are my shining light.
I want you back. On ring ring ring my bell (x2)
Miss you my love
When will I see you again? When I can eat pancakes you made?
Every night you appear in my dreams. My love, do you miss me too?


***

Seohyun berdiri di sudut tempat para penonton berteriak histeris. Dari jauh dia menatap suaminya dengan sedih. Perlahan, air matanya kembali jatuh.

Hello my… you are my little star.
I want you back. On ring ring ring my bell (x2)
You are my little star.
I want you back. You’re my diamond ring.
I want you back. On ring ring ring my bell (x2)
Come back my love
Oh ring ring ring my bell.
Miss you my love


“I miss you, too.”
Suara Seohyun yang pelan menjadi semakin tidak terdengar karena tenggelam dalam lautan teriakan fans saat CNBlue selesai dengan lagunya. Sadar suaminya sudah selesai menyanyi, dia pergi keluar meninggalkan acara.
Yonghwa mengatur nafasnya. Dia menelan ludah dan terdiam sebentar, lalu tersenyum pada fansnya. “Arigatou Gozaimasu!- Terima kasih!” ucapnya dalam bahasa Jepang kepada para fans. Member yang lain mengikuti tindakan Yonghwa.
Karena setelah itu mereka masih ada jadwal, mereka jadi terburu-buru menuruni panggung menuju ke arah van mereka.
“Perfect!” kata manajer mereka saat mereka tiba di van.
“Setelah ini kita pemotretan. Waktunya lama sekali. Dan, oh! Yonghwa, kau tidak ikut bersama kami. Akan ada mobil lain yang membawa mu ke tempat pemotretan. Selain Yonghwa, semuanya masuk ke van!” teriak si manajer.
“Mwo??? Apa maksudmu???” teriak Yonghwa.
“Semua perlengkapanmu ada di van. Kau cukup membawa tubuh mu ke sana dengan mobil itu. Arraseo? Annyeong!” ucap si manajer dengan cepat yang kemudian diikuti oleh bantingan pintu yang keras.
“Ya!! Mobil yang mana yang akan membawa ku?? Ya!!” teriak Yonghwa kesal.
“Ah… jinjja…”
DIN! DIIIN!!
Tubuh Yonghwa bergerak kaget karena suara klakson mobil yang tiba-tiba sudah berada di sampingnya. Mata Yonghwa langsung mengamati mobil sedan di sampingnya dengan seksama. “Ya… ini kan mobil manajer dan… omo!”
“Annyeong haseyo…” jawab Park Bin, supir pribadi CNBlue dari dalam.
“Ah, Annyeong haseyo…” jawab Yonghwa.
“Masuk lah. Duduk di kursi belakang. Kita tidak punya banyak waktu lagi! Kajja, kajja!!” kata Park Bin.
Mendengar perintah seperti itu, Yonghwa langsung membuka pintu belakang dengan cepat dan membantingnya kuat-kuat. Dia tidak melihat lagi jika di bangku belakang ada orang lain selain dirinya. Tepat di sebelahnya.
Ketika mobil mulai melaju, Yonghwa baru sadar kalau ada seseorang di sebelahnya. “Omo!” ujarnya kaget.
Orang itu tetap diam memandang ke luar jendela. Tidak menanggapi reaksi Yonghwa ketika melihatnya. Dengan kacamata hitam tebal, jaket hitam tebal sampai lutut, dan topi berbulu yang menutupi rambut indahnya, orang itu tampak modis. Rambutnya yang panjang dimasukkan ke jaket tebalnya untuk lebih menghangatkan lehernya.
Yonghwa terdiam sebentar dan memandangi orang yang dia anggap sebagai wanita itu dengan pandangan heran. Seketika senyumnya merekah di wajah. Sangat lama Yonghwa menatapi wanita itu sepanjang perjalanan. Tiba-tiba terbersit ide untuk menggoda wanita itu.
“Kau siapa? Kenapa kau ada di mobil ini? Apa kau juga model yang akan ikut berfoto dengan kami?
Wanita itu mendesah panjang lalu menggeleng cepat.
“Kau cantik sekali.” Kata Yonghwa yang mulai membelai pipi sang wanita.
Dengan cepat, wanita itu menggeser kepalanya hingga Yonghwa tak dapat menyentuhnya lagi.
“Ya… kenapa kau seperti itu? Apa kita tidak bisa main sebentar?” lanjut Yonghwa yang kemudian memeluk erat si wanita dari belakang.
Wanita itu kaget dan berusaha melepaskan pelukan dari Yonghwa. Namun pelukannya sangat erat sehingga dia tidak bisa melepaskannya.
“Hentikan. Apa kau tidak kasihan dengan istrimu?” jawab si wanita yang suaranya berubah karena tertutup syal.
“Kasihan? Kasihan kenapa?”
“Tindakanmu ini! Kau memeluk wanita lain sedangkan istrimu dengan setia sedang menunggu mu di rumah.”
“Aku memang pernah memeluk wanita lain selain dirinya. Memeluk adik ku, teman ku dan keluarga ku. Apa itu salah?” Jawab Yonghwa sambil menyenderkan kepalanya di bahu wanita itu.
“Tentu saja itu tidak salah. Maksudku-”
“Kau tahu kan aku capek? Biarkan aku tidur di pangkuanmu.” Jawab Yonghwa yang memotong kalimat wanita itu.
Dengan cepat Yonghwa meletakkan kepalanya di atas paha wanita itu. Matanya terpejam dan mendesah kuat-kuat karena lelah.
“Ya!! Kau benar-benar-”
“Ngomong-ngomong, cincinmu bagus.” Potong Yonghwa lagi.
Wanita itu kaget dan melihat jarinya. Hanya ada satu tangan di antara kedua tangannya yang memakai cincin. Dan di tangan itu, hanya ada satu jarinya yang memakai cincin yang dilihat Yonghwa. Wanita itu tersipu malu dan mendesah panjang. Senyumnya merekah seketika.
“Kau benar-benar hebat.” Ucap wanita itu sambil melepas kacamata dan topinya.
“Seohyun-ah… kepala ku sakit…” rengek Yonghwa.
“Dasar manja...” jawab Seohyun sambil memijit kening Yonghwa.
“Gamsahamnida, chagiya…”
“Ne…” 