Selasa, 07 Januari 2014

07 Januari 2014

Hellooooooouuuu! Hahaha. Sorry deh baru ngeblog lagi. Bulan desember itu sibuk minta ampun dari awal sampe akhir bulan. Apalagi awal bulan Januari. So, maaf deh baru bisa ngucapin SELAMAT NATAL DAN TAHUN BARU! *tiup confetti* *digebukkin massa*
>,< Ampun deh. hehehehe.

Tadi aku iseng2 lho liat2 total viewersnya. Ternyata kebanyakan nyari fanfic dan kalian nemu fanfic Yongseo di sini. Makasih sebelumnya udah baca walaupun saya tahu itu fanfic jelek. Entah gimana cerita, alur, sudut pandang, dan blablablabla. Maaf deh. Baru belajar ding. Jadi harap maklum kalo jelek. Apalagi kalo nanti tambah jelek. *eh #plak

By the way anyway busway, saya turut berduka cita atas meninggalnya ayah, nenek, dan kakek dari Leeteuk sang leader Super Junior. Semoga oppa diberi ketabahan dan penghiburan. Tuhan besertamu, oppa. Amin. :')

Lagian juga Teuk oppa kan punya jutaan atau milyaran elf di dunia ini. Jadi kita yakin nih pasti oppa nggak lama2 sedihnya, karena elf akan selalu menyemangati dan menghiburmu. Setiap waktu, setiap hari, dan semasa oppa berkarir, sepanjang hidup oppa. Amin.

Eh kata2 di atas berasa gimana gitu yah bahasanya. :\ Pokoknya the best deh buat elf, Super Junior, especially Lee Teuk. *bener gak tulisannya? gak pernah mantengin suju lagi sih. v(^_^")

Okidoki deh. Kalo memang yang namanya fanfic itu merupakan umpan pancingan buat kalian, saya usahakan nanti buat fanfic lagi. Entah itu adegan panas Donghae dengan Hyuna, Hyorin dengan Eunhyuk, atau Hyorin dengan Siwon? *digebuk massal sama elf* >,< Pokoknya terima2 yah. Terus nanti tolong dikomen dong. Entah itu kritikan atau saran supaya tulisan aku bisa berkembang. :')

Terima kasih semuanya. Selamat malam. Enjoy! ;)


NB: Pssttt!!! Ini ada pic yang mungkin menghibur. Dapet dari https://twitter.com/SMentSalahGaul via  


Kamis, 14 November 2013

Quiet day

Sometimes i love to be alone. Where no friends beside me. Where no ones know bout me. The place where it just the books and me. Some glasses of coffee or tea will be there to accompany me. I love that moment. Really love it. :')

I really want that quiet time. Feel calm and enjoy.

What about you? Do we have a same thought? 

Jumat, 25 Oktober 2013

25 Oktober 2013

I dunno since when i like to write via text on my hp? o_O
This story come suddenly when i stood for waiting TM. I don't wanna lose this story so i typed it on my hp. Because i had good mood so i continue it, even that TM has already left. Hhhh... I dunno when i'll post my story again in this blog. Mian-hamnida, i'm very busy. Duty, mid test, and another problems are waiting for me! Hhh...

Honestly i am tired. I really want to get job and move to another city. Hello? Are you feel bored? Since you were a kid and untill now you're still in the same city? no experience to get out there? alone! just yourself! You find everything alone out there, such as friend, a place where you live, the way to get the place you want come to. Of course you want. But for exception if you're mom's kid, i mean can't go far from your fams because you'll miss them, you need them. Come on. Those all not a good reasons.

I'm an adult and i'm 20 years old now. It's okay for me if i want to do everything i want with myself. I also want to get money with my hand not from my parents. I'll be proud of myself then. Honestly, i don't like to spend my parents' money for my activities in my age now. Feel like... hmm... you know lah. hahahaha. In your 20 years old you had already finished your school and you want to watch some movies and sightseeing with your friends by using your parents' money? You spend their money just for fun? Maybe IDR 300000 or more just for fun on one month? oh pleaseeee...

I also bored by taking education (again). I had finished my school -which take 12 years to study hard- and then i get education again in the college. Thank you, but i dont wanna get any depression. So i'll take a job later. I have to. I should do it this year. No more pending time.

I will try my best so do you! Good luck! ;)

Kamis, 17 Oktober 2013

18 Oktober 2013- A Boy.

I ever feel wanna be a boy. Really want it. You know, it’s really hard to be a daughter or a girl. Really hard for me especially being the first kid. A girl. First. Hmm… but it’s better than a daughter who is the youngest and alone in her family. Hahaha. If you’re also like me, you’ll know it. :D
Boy can do everything he wants. Playing so much. They’re seldom or really not help. Their parents don’t angry so much to them. May be for once or twice in a year if they do something wrong. There’s not much rules too for them. Envy? Yes, I am.

What else I can say? Hmm…

  

17 Oktober 2013- I'm a daughter?

The one and only one I hate. You always bring about family. In almost every day. We know that yours is good, nice, and great? Hahaha.
look! That’s why I really hope, really, really can go away from you. If I get 1 million, I will use that money to go away from you. Maybe Bandung? Or Manado? For sure, I won’t come back for a year or… a few years? Trust me!
I have tired of you.



17 Oktober 2013

Well, I was stalking your timeline and found that I’m not following you. Honestly, I ever do that but in the seconds I follow you again. I found some our friends are not follow you too. It’s impossible! They’re not look like that. I know that they’re really love you! So do i! Are you the one who made it? I guess yes. But I found one girls who still following you and you also still follow her. Why? Is that because you still love her? Come on! There’s another girl, so many, outside! Don’t just look at her, but also another girl. Maybe there’s someone who really love you so much. But you don’t know it. Are you still want her till die? Crazy. You’re not my friend whom I know. You’re not anymore.
Dissapointed? Yes. Hahahaha. Eat that love! Give me know if you can bring her when you die. Hahahaha.
How can you do that to me?


From your lovely friend. :’)

Rabu, 03 April 2013

[SHORT STORY] Karena Kamu Istimewa

 


Pagi ini burung-burung berkicau, berawan, dan udara yang sejuk benar-benar mendukung seorang anak laki-laki bernama Jeremy untuk mendapatkan kebahagiaannya di awal hari ini.
            “Aku mencintaimu.” Ucap Jeremy kepada perempuan di depannya.
            “...”
            “Kamu mau nggak jadi pacar ku?” tanyanya lagi dengan ragu.
            Ketika mendengar kalimat itu, gadis manis itu segera mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk sambil tersenyum lebar. “Aku mau.”
            “Tapi, kita backstreet yah? Please.” Pinta Jeremy dengan sangat.
            Mulut Ana ternganga mendengar pernyataan Jeremy. Tanpa sadar, Ana menganggukkan kepalanya.
---***---
            Ana mengetukkan pensilnya ke buku tulis beberapa kali. Entah karena kesal atau sibuk memikirkan hubungannya dengan Jeremy yang baru berlangsung 3 jam sejak dia menembaknya tadi pagi. Dia masih tidak mengerti, mengapa Jeremy ingin backstreet dengannya.
“Baik lah anak-anak. Bapak ada rapat, jadi kalian kerjakan saja soal-soal yang ada di buku itu di halaman 100. Ketua kelas! Jaga kelas supaya tetap tenang. Jangan ribut!” kata pak Herman, guru matematika kami.
            “Baik, pak.” Jawab Jeremy, ketua kelas.
            Sejak pelajaran dimulai sampai sekarang, matanya sibuk mengawasi Ana yang tidak memperhatikan guru dari tadi. Yah, walaupun hanya guru matematika tadi yang tidak diperhatikannya. Tapi hal itu membuat Jeremy cemas. Untungnya pak Herman tidak melihat tingkah Ana yang sama sekali tidak memperhatikannya sejak dia masuk ke kelas.
            Tiba-tiba, Ana tersentak kaget karena hp-nya yang bergetar. Ana segera membuka sms yang masuk dengan cekatan.
            Kamu nggak memperhatikan guru dari tadi?
            Perhatiin, kok.
            Pak Herman kok nggak ada?
            Mungkin di toilet
          Ketahuan! Pak Herman ada rapat. Dia sendiri yang bilang tadi.
            Melihat balasan terakhir dari Jeremy, Ana menjadi salah tingkah dan memijit tengkuknya karena merasa malu.
            Iya, iya. Maaf, deh.
          Ada masalah apa? Cerita dong.
            Melihat kalimat itu, Ana mendesah panjang. Bagaimana ia bisa menceritakan masalahnya jika itu menyangkut keberatan dirinya tentang hubungannya dengan Jeremy?
            Ana menatap ponsel itu lama. Tangannya yang kemudian ingin membalas sms dari Jeremy itu segera terhalang karena tangan Diana, teman dekat sekaligus teman sebangkunya yang menyikut pinggangnya. “Ngapain, sih? Dari tadi belum buat tugas sama sekali. Ini tugas nanti dikumpul, tahu.”
            “Hah?” kata Ana yang kaget.
            “Kamu mau salin? Sekarang aja kamu salin. Nggak mungkin kamu mau aku nunggu selesai, kan? Soalnya banyak.” Jawab Diana.
            “Oh, oke.” jawab Ana seadanya karena merasa beruntung Diana tidak melihat keanehan Ana dari tadi.
            Ana kembali mengirim sms kepada Jeremy.
            Kok nggak bilang kalau ada tugas? Jahat, ih!
            Yah, maaf deh. Asyik ngobrol sama kamu, sih. :P
            Nggak akan kumaafin! Wekk!
            Mata Jeremy segera membulat besar melihat sms terakhir dari Ana. Dia langsung menoleh ke arah Ana yang ternyata sedang senyum-senyum sendiri. Jeremy  yang melihat hal itu ikut tersenyum.
---***---
            Drrrt! Drrt!
            Dengan cekatan, Ana mengambil hp-nya yang bergetar dan langsung membuka sms yang masuk. “Dari Jeremy!” batin Ana sambil tersenyum.
            Ana, kita pulang bareng yah? Dateng ke parkiran 10 menit lagi.
            Kenapa? Kok lama banget?
            Tunggu teman-teman kita di parkiran pulang.
            Begitu melihat sms terakhir dari Jeremy, Ana langsung mengembungkan pipinya, tanda bahwa dia kesal. Tak sampai semenit, dia langsung mencari tempat duduk untuk menunggu tempat parkir sepi.
            Saat Ana sedang sibuk mencari tempat duduk, Jeremy melihatnya dari jauh. Senyum lebar menghiasi wajahnya. Dengan santai dia berjalan menuju bangku panjang yang terletak di sisi sebelah kanan lapangan basket. Tak disangka, ternyata Ana juga duduk di bangku panjang di sisi kiri lapangan basket. Mereka pun duduk berhadapan.
            Ana yang baru duduk dan mengalihkan wajahnya ke depan merasa terkejut ketika melihat Jeremy yang sedang mengetik sms. Bisa dia tebak untuk siapa sms itu.
            Ehem. Lagi nunggu siapa nih?
            Bukannya senang atau bahkan tersenyum, Ana tidak membalas pesan Jeremy itu. Ana menutup hp-nya dan memasukkannya kembali ke kantong rok dan bertingkah seolah tak terjadi apa-apa. Melihat hal itu, Jeremy menaikkan sebelah alisnya.
            Jeremy mengirim sms lagi untuk Ana, namun diabaikan. Ana bahkan tak mengambil dan membuka hp-nya yang bergetar. Ana tetap bertingkah seolah tak terjadi apa-apa. Melihat hal itu, Jeremy menjadi gemas bukan main. Dia bangkit dan menghampiri Ana.
            “Kok nggak dibales?” tanya Jeremy pelan karena takut terdengar yang lain.
            Ana heran melihat Jeremy yang sudah duduk di sebelahnya. Dengan santai, Ana mendekatkan wajahnya ke kepala Jeremy dan membisikkan sesuatu,”Jangan duduk di sini. Nanti temen-temen curiga.”
            Jeremy menahan tawanya begitu mendengar bisikan dari Ana. Dia hanya tersenyum dan memandang Ana dengan penuh kelembutan. Ana yang melihat mata indah itu hanya tersenyum simpul. Baru beberapa jam menjalani hubungan tersembunyi ini, dia sudah sangat lelah.
---***---
            “Eh, itu Ana sama Jeremy ngapain?” tanya Diana.
            “Nggak tahu.” Jawab Selly, teman dekat Ana juga.
            Terlihat jelas di mata Diana dari cara Jeremy memandang dan bahasa tubuh mereka. Terlihat seperti seseorang yang sedang menjalin kasih. Mereka berdua terlihat sangat ingin tahu.
            Seorang laki-laki yang berada di belakang mereka tersenyum puas melihat kejadian itu. Harry, laki-laki yang merupakan teman dekat Jeremy terlihat sangat senang dengan rencananya yang berhasil
---***---
            “Kamu marah?” tanya Jeremy kepada Ana saat mereka sudah berada di mobil.
            “Nggak.” Jawab Ana pelan.
            “Ana, kamu kenapa sih? Cerita dong.”
            “Kenapa kamu mau kita backstreet?” tanya Ana tanpa memandang Jeremy.
            “Ana…” balas Jeremy yang memohon Ana untuk tidak memaksanya menjawab.
            “Kalo kamu nggak jawab jujur, kita putus.”
            Jeremy yang sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa, hanya bisa mendesah panjang dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
            “Ada teman aku di kelas sebelah yang juga suka sama kamu. Namanya Harry. Sebelum kita pacaran, dia sudah bilang duluan. Dia selalu muji-muji kamu. Awalnya aku bisa tahan dan mau nyerah untuk dia. Tapi setelah denger dia yang selalu ngomongin kamu, aku nggak tahan lagi. Aku putusin buat nembak kamu dan pacaran sama kamu.”
            “…”
            “Ana, aku tahu aku salah. Tapi aku bener-bener sayang sama kamu. Aku juga belum siap untuk ngomong jujur sama Harry. Aku juga takut persahabatan kami pecah.”
            “…”
            “Ana?”
            “Lebih baik kamu ngomong. Nggak baik kayak gitu. Lagian kalau Harry memang suka sama aku, kenapa dia nggak ngomong ke aku? Kita udah deket selama setengah tahun, kok.” Jawab ku yang tak suka dengan alasan Jeremy.
            “Mungkin dia malu atau takut kamu nggak nerima dia. Jadi dia belum siap ngomong.” Jawab Jeremy lembut.
            “Jer?”
            “Hmm? Oh, iya. Sebentar lagi kita sampai di rumah kamu nih.” Jelas Jeremy yang mencoba mengalihkan pembicaraan.
            “Kalau kamu nggak mau ngomong sama Harry tentang hubungan kita. Kita putus.”
            Jeremy menge-rem mobilnya mendadak setelah mendengar pernyataan Ana. Ana terlihat tak perduli. Dia membuka sabuk pengamannya dan turun dari mobil Jeremy.
            Jeremy masih di tempat duduknya, melihat Ana yang berjalan menuju rumahnya dengan bisu. Dia ingin turun dari mobil dan meraih tangan Ana, tapi tubuhnya tak mau bergerak.
---***---
            Keesokan harinya, Jeremy memutuskan untuk berbicara dengan Harry saat ekskul berlangsung. Sebelumnya Jeremy telah memberi tahu Harry lewat telpon.
            “Hai, bro!” sapa Harry kepada Jeremy saat Jeremy tengah bermain basket.
            “Hai.” Sapa Jeremy setelah melempar bolanya ke ring. Dia terlihat tak bersemangat saat melihat Harry.
            Mereka berdua mulai mencari tempat untuk mengobrol berdua. Tanpa ada siapa pun yang bisa mendengar mereka.
            “Ada apa, Jer?” tanya Harry setelah mereka duduk di sudut lapangan.
            “Itu… mmm… si Ana…” balas Jeremy sambil memijit tengkuknya.
            “Kenapa Ana?” balas Harry dengan santai.
            “Aku minta maaf banget, Har. Setelah aku cerita, kamu boleh deh nonjok aku sampai puas atau lempar aku pake bola basket bertubi-tubi.” Jawab Jeremy dengan wajah penuh penyesalan.
            Harry yang sedang minum tiba-tiba tersedak dengan pernyataan Jeremy. Wajahnya kaget, mulutnya menganga. Matanya tak lepas memandang Jeremy dengan heran.
            “Aku suka sama Ana.” Ujar Jeremy dengan tegas sambil menatap mata Harry.
            Wajah Harry yang sedari tadi heran bercampur kaget, kini mulai mengendur.          “Serius, Har. Aku juga sudah pacaran sama dia sekarang.” Jawab Jeremy dengan jantungnya yang berdetak tak karuan. Menunggu ekspresi wajah dan tanggapan dari Harry.
            Harry tersenyum tulus dan berkata,“Selamat, Jer.”, sambil menepuk punggung Jeremy.
            Kata-kata Harry barusan sukses membuat mulut Jeremy menganga lebar. Harry yang melihat itu tertawa keras. Rencananya benar-benar sukses.
            “Aku tahu kamu dari dulu suka sama Ana. Makanya aku sengaja muji-muji Ana dan ngomongin dia terus supaya kamu bertindak. Kesel tahu nggak ngelihat kamu yang cuma bisa ngelihatin dia terus selama 1,5 tahun! Keburu diambil orang!” Ujar Harry.
            Perkataan Harry barusan sukses membuat Jeremy terdiam. Namun beberapa detik kemudian, senyum tersungging di bibirnya. Dalam sekejap, dia memeluk Harry dengan erat.
            “Makasih, Har! Makasih banget!”
            “Yo’i, bro!” balas Harry dengan senyum tulus di wajahnya.
---***---
            “Ana.” sapa Jeremy dari belakang Ana saat dia baru keluar dari kelas seni.
            “Apa?” balas Ana dengan nada malas.
            “Kita perlu bicara.” Jawab Jeremy lalu membalikkan badannya.
            Mereka berdua kemudian duduk di bangku panjang yang terletak di sebelah kiri lapangan basket yang kini sudah kosong. Terlihat wajah Ana yang ogah-ogahan untuk mengobrol dengan Jeremy, namun dia bisa memaklumi hal itu mengingat masalah yang ada di antara mereka berdua.
            “Kita nggak usah backstreet lagi.” kata Jeremy langsung.
            “Hah?”
            “Aku udah ngomong sama Harry, kok.” Jawab Jeremy.
            Jeremy menceritakan semuanya. Mulai dari saat pertama dia jatuh cinta pada Ana, Harry yang mengetahuinya, sampai kepada rencana Harry yang sukses besar. Ekspresi wajah Ana selalu berganti-ganti saat Jeremy menjelaskannya dari awal. Ana tidak menyangka jika Harry yang membuat Jeremy menembak Ana dengan segera.
            “Ehem. Terus?” tanya Ana kepada Jeremy saat dia selesai menjelaskan.
            Jeremy tersenyum dan memanggil Ana dengan lembut,”Ana…”
            “Hmm?”
            Tangan Jeremy menggenggam kedua tangan Ana, menatapnya sebentar lalu memandang kedua bola mata Ana yang indah sambil tersenyum. “Kita ulang semua ini dari awal, yah?”
            Ana langsung tersenyum sumringah mendengar pertanyaan dari Jeremy.
            “Ana, maukah kamu menjadi pacar ku?”
            Ana terdiam beberapa saat. Kemudian balik bertanya,”Backstreet?”
            “Nggak!” Jawab Jeremy tegas sambil menggeleng keras.
            Ana tertawa kecil, lalu menjawab,”Aku mau.”
            Jeremy menghembuskan nafas yang telah ditahannya sejak tadi dengan keras lalu menarik Ana ke dalam pelukannya. “Aku sangat mencintai kamu dan mungkin aku nggak bisa hidup tanpa kamu.” Kata Jeremy sambil mengeratkan pelukannya.
            “Jadi, aku orang yang istimewa dong bagi kamu?” Lanjut Ana dengan suara mungilnya.
          Jeremy melepaskan pelukannya dan memandang Ana dengan matanya yang tulus.“Yup. Karena kamu istimewa.”